Cari Blog Ini

Kamis, 12 November 2015

GUNUNG NGLANGGERAN ( Gunung Api Purba )

GUNUNG NGLANGGERAN ( Gunung Api Purba )

Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Gunung Nglanggeran adalah gunung api purba berbentuk bongkahan batu raksasa. Selain dapat menyaksikan sunset & sunrise yang mempesona serta gemerlap Jogja di malam hari, di Puncak Timur Nglanggeran juga terdapat misteri dusun dengan 7 kepala keluarga.
Menyaksikan mentari terbit dari puncak gunung merupakan satu kemewahan yang tidak semua orang bisa menikmatinya. Rute yang ekstrim, cuaca yang tidak menentu, perjalanan yang berat, serta jauhnya jarak yang harus ditempuh dengan berjalan kaki menjadi penghalang utama bagi sebagian orang. Namun hal ini tidak berlaku di Gunung Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul. Hanya memakan waktu 1 hingga 1,5 jam pendakian, Anda akan tiba di puncak barat Gunung Nglanggeran, Gunung Gede. Pemandangan indah yang memanjakan mata pun menyambut. Sejauh mata memandang yang terlihat hamparan awan di ketinggian, jajaran gunung batu dengan bentuk yang unik, perkampungan warga, serta hijaunya sawah dan ladang. Saat senja menjelang, Kota Jogja akan terlihat laksana lautan kunang-kunang. Taburan cahaya bintang dan gemerlap lampu kota yang terlihat dari kejauhan menjadi pemandangan romantis bagi siapa saja yang berkemah di gunung ini.
Gunung Nglanggeran merupakan gunung api purba yang pernah aktif puluhan juta tahun lalu. Terletak di kawasan karst Baturagung, gunung yang litologinya tersusun oleh fragmen material vulkanik tua ini memiliki dua puncak yakni puncak barat dan puncak timur, serta sebuah kaldera ditengahnya. Saat ini Gunung Nglanggeran berupa deretan gunung batu raksasa dengan pemandangan eksotik serta bentuk dan nama yang unik dengan beragam cerita rakyat sebagai pengiringnya. Gunung-gunung tersebut biasanya dinamakan sesuai dengan bentuknya, seperti Gunung 5 Jari, Gunung Kelir, dan Gunung Wayang.
Hari masih pagi tatkala YogYES menuju puncak timur Nglanggeran. Menurut pengelola, tempat ini merupakan spot terbaik untuk menikmat sunrise. Sayangnya saat YogYES tiba awan pekat enggan beranjak sehingga menutupi sinar mentari. Berhubung tidak bisa menyaksikan sunrise, YogYES pun memilih untuk mengunjungi rumah Mbah Redjodimulyo selaku sesepuh yang tinggal di Pucak Nglanggeran. Menurut Mbah Redjo, Dusun Tlogo Mardidho yang ada di Puncak Nglanggeran hanya boleh dihuni oleh 7 kepala keluarga. Jika kepala keluarga yang tinggal di dusun ini kurang atau lebih maka akan terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Hal ini bisa dilihat dengan keberadaan makam di Puncak Nglanggeran. Oleh karena itu, jika anak-anak mereka sudah berkeluarga maka keluarga baru tersebut harus meninggalkan Dusun Tlogo Mardhido.
Usai mengunjungi dusun dengan 7 kepala keluarga, YogYES pun kembali ke basecamp dan mencoba mendaki Gunung Gede. Berbeda dengan puncak timur yang masih bisa dicapai menggunakan sepeda motor, untuk mencapai Gunung Gede siapapun wajib tracking. Menyusuri jalan setapak dengan bukit batu di sisi kanan dan kiri jalan menjadi pengalaman mengasyikkan. Semakin ke atas, jalan semakin terjal. Beberapa tali dipasang guna memudahkan para pendaki. Belum usai menghela nafas, tantangan baru menghadang. Sebuah celah sempit nan curam dengan bukit batu di kanan dan kirinya menyambut. Lorong sempit yang agak gelap ini hanya bisa dilewati oleh satu orang. Sesaat setelah berhasil menaklukannya seorang kawan berujar, "Ini seperti di film 127 Hours, menegangkan tapi keren..."

CANDI IJO Yogyakarta

CANDI IJO
Candi yang Letaknya Tertinggi di Yogyakarta

Bukit Ijo, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, Indonesia (lihat peta)
Candi Ijo adalah candi yang letaknya paling tinggi di Yogyakarta yang menyuguhkan pesona alam dan budaya serta pesawat yang tengah landing. Candi inilah yang membuat landasan Bandara Adisutjipto tak bisa diperpanjang ke arah timur.
Menyusuri jalan menuju bagian selatan kompleks Istana Ratu Boko adalah sebuah perjalanan yang mengasyikkan, terutama bagi penikmat wisata budaya. Bagaimana tidak, bangunan candi di sana bertebaran bak cendawan di musim hujan. Satu diantaranya yang belum banyak menjadi perbincangan adalah Candi Ijo, sebuah candi yang letaknya paling tinggi di antara candi-candi lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi Ijo dibangun sekitar abad ke-9, di sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo yang ketinggiannya sekitar 410 m di atas permukaan laut. Karena ketinggiannya, maka bukan saja bangunan candi yang bisa dinikmati tetapi juga pemandangan alam di bawahnya berupa teras-teras seperti di daerah pertanian dengan kemiringan yang curam. Meski bukan daerah yang subur, pemandangan alam di sekitar candi sangat indah untuk dinikmati.
Kompleks candi terdiri dari 17 struktur bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus halaman menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur. Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga patok, empat bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Peletakan bangunan pada tiap teras didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras tertinggi adalah yang paling sakral.
Ragam bentuk seni rupa dijumpai sejak pintu masuk bangunan yang tergolong candi Hindu ini. Tepat di atas pintu masuk terdapat kala makara dengan motif kepala ganda dan beberapa atributnya. Motif kepala ganda dan atributnya yang juga bisa dijumpai pada candi Buddha menunjukkan bahwa candi itu adalah bentuk akulturasi kebudayaan Hindu dan Buddha. Beberapa candi yang memiliki motif kala makara serupa antara lain Ngawen, Plaosan dan Sari.
Ada pula arca yang menggambarkan sosok perempuan dan laki-laki yang melayang dan mengarah pada sisi tertentu. Sosok tersebut dapat mempunyai beberapa makna. Pertama, sebagai suwuk untuk mngusir roh jahat dan kedua sebagai lambang persatuan Dewa Siwa dan Dewi Uma. Persatuan tersebut dimaknai sebagai awal terciptanya alam semesta. Berbeda dengan arca di Candi Prambanan, corak naturalis pada arca di Candi Ijo tidak mengarah pada erotisme.
Menuju bangunan candi perwara di teras ke-11, terdapat sebuah tempat seperti bak tempat api pengorbanan (homa). Tepat di bagian atas tembok belakang bak tersebut terdapat lubang-lubang udara atau ventilasi berbentuk jajaran genjang dan segitiga. Adanya tempat api pengorbanan merupakan cermin masyarakat Hindu yang memuja Brahma. Tiga candi perwara menunjukkan penghormatan masyarakat pada Hindu Trimurti, yaitu Brahma, Siwa, dan Whisnu.
Salah satu karya yang menyimpan misteri adalah dua buah prasasti yang terletak di bangunan candi pada teras ke-9. Salah satu prasasti yang diberi kode F bertuliskan Guywan atau Bluyutan berarti pertapaan. Prasasti lain yang terbuat dari batu berukuran tinggi 14 cm dan tebal 9 cm memuat mantra-mantra yang diperkirakan berupa kutukan. Mantra tersebut ditulis sebanyak 16 kali dan diantaranya yang terbaca adalah "Om Sarwwawinasa, Sarwwawinasa." Bisa jadi, kedua prasasti tersebut erat dengan terjadinya peristiwa tertentu di Jawa saat itu. Apakah peristiwanya? Hingga kini belum terkuak.
Mengunjungi candi ini, anda bisa menjumpai pemandangan indah yang tak akan bisa dijumpai di candi lain. Bila menghadap ke arah barat dan memandang ke bawah, anda bisa melihat pesawat take off dan landing di Bandara Adisutjipto. Pemandangan itu bisa dijumpai karena Pegunungan Seribu tempat berdiri candi ini menjadi batas bagian timur bandara. Karena keberadaan candi di pegunungan itu pula, landasan Bandara Adisutjipto tak bisa diperpanjang ke arah timur.
Setiap detail candi menyuguhkan sesuatu yang bermakna dan mengajak penikmatnya untuk berefleksi sehingga perjalanan wisata tak sekedar ajang bersenang-senang. Adanya banyak karya seni rupa hebat tanpa disertai nama pembuatnya menunjukkan pandangan masyarakat Jawa saat itu yang lebih menitikberatkan pada pesan moral yang dibawa oleh suatu karya seni, bukan si pembuat atau kemegahan karya seninya.

Tebing Breksi Yogyakarta




  WisataYogjaartaku.blogspot.com - Objek wisata taman tebing breksi beberapa waktu lalu baru saja diresmikan dengan pagelaran event lintas komunitas yang ada di Yogyakarta. Dengan adanya taman wisata tebing breksi ini semakin menambah keragaman objek wisata di Yogyakarta kedepannya.



Wisata Taman Tebing Breksi



Jogjakarta sebagai pusat budaya di Indonesia memang memiliki banyak keistimewaan, baik dari segi lokasi geografisnya maupun masyarakatnya. Julukan provinsi “Daerah Istimewa Yogyakarta” memang sangat pantas dimiliki oleh kota yang berada di pesisir pantai selatan pulau jawa ini. Kini, ada sebuah objek wisata baru di daerah Prambanan yang sedang menarik perhatian banyak orang. Objek wisata yang dimaksud adalah Wisata Taman Tebing Breksi yang terletak di Kecamatan Prambanan, Sleman Yogyakarta.

Seperti apa wujud destinasi wisata terbaru ini? Pada beberapa waktu lalu saat diadakannya launcing objek wisata ini dengan kegiatan lintas komunitas, cahyogya.com sempat menerima undangan untuk mengikuti kegiatan bersama dengan komunitas blogger jogja, simak saja beberapa ulasannya berikut ini.

Tempat wisata baru ini terbentuk bukan dengan unsur kesengajaan, bekas area tambang batu breksi ini nyatanya sangat menarik jika dijadikan sebagai objek wisata. Area pertambangan batu breksi yang terletak di Desa Groyo-kan, Sambirejo ini menyisakan bekas tambang berupa tebing yang ternyata mampu menyajikan panorama atau pemandangan yang sangat indah. Inilah daya tarik tersendiri dari Wisata Taman Tebing Breksi yang baru-baru ini telah diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke X.

Moment bersejarah ini bertepatan dengan pelaksanaan kemah Jambore Pramuka yang diadakan se-DIY yang melibatkan setidaknya 400 penggalang. Pada hari itu juga suasana Tlatar Seneng memang tampak sangat meriah. Pasalnya, pada hari itu menjadi saat yang paling penting karena Sultan HB ke X didampingi dengan Bupati Sleman Sri Purnomo meresmikan objek wisata yang terletak di bagian paling timur di Sleman.

Artikel lain: Candi Ijo, Candi Peninggalan Mataram Kuno

Lokasi wisata Taman Tebing Breksi ini tepatnya terletak sekitar satu kilometer dari Candi Ijo Kehadiran Tebing Breksi ini tentunya menambah daya tarik dari objek wisata Candi Ijo. Candi Ijo,  sendiri merupakan salah satu cagar budaya tetapi belum terlalu dikenal oleh masyarakat luas. Pengembangan kawasan wisata ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat setempat. Masyarakat sekitar tebing breksi ini berhasil memanfaatkan Tebing Breksi yang rusak akibat tambang menjadi sebuah lokasi wisata yang ber-image indah dan eksotis. Warga setempat yang termasuk dalam kelompok sadar wisata (Darwis) Tlatar Seneng menggabungkan dua objek wisata tersebut dengan sebutan Taman Tebing Breksi Gunung Purba Candi Ijo.




Warga setempat awalnya hanya tahu tebing mengandung bahan material breksi yang dapat dijadikan salah satu bahan untuk bangunan. Kemudian melihat kondisi alamnya, peneliti mencoba untuk menggali bebatuan untuk diuji di lab. Dan hasilnya memang cukup menghebohkan. Ternyata Wisata Taman Tebing Breksi tersebut, terbentuk melalui proses endapan abu vulkanik dari Gunung Api Purba Nglanggeran Gunung-kidul. Melihat potensi yang luar biasa tersebut, warga kemudian terus bebenah dan mempercantik Taman Wisata Tebing Breksi.

Di bagian depan tebing bekas ditambang, dijadikanlah sebuah panggung pentas permanen dengan konsep tempat duduk yang melingkar. Tak hanya cukup di situ saja, pemandangan juga semakin elok saat petang tiba, yaitu sorot lampu yang terdapat di sekitar panggung berpadu dengan belakang tebing. Panorama ini kemudian menjadikan panggung yang berada di alam tersebut terasa sangat megah.

Kawasan di sekeliling lokasi panggung yang mempunyai lahan seluas empat hektare yang memiliki medan naik-turun kemudian dimanfaatkan oleh komunitas motor trail sebagai lokasi trail yang menarik. Setiap hari, selalu ada komunitas motor trail yang mempertontonkan aksi menarik mereka.

Nah, demikian adalah sedikit informasi mengenai Wisata Taman Tebing Breksi, untuk berita selengkapnya bookmark website CAH YOGYA dengan alamat : www.cahyogya.com untuk mengetahui penawaran serta info-info terbaru seputar anak muda Yogyakarta. Silahkan anda mengunjungi objek wisata baru tersebut. Dijamin objek wisata ini tidak kalah eksotis jika dibandingkan dengan objek wisata lain di kota Jogja.

Candi Banyunibo di Jogja / Yogyakarta

Candi Banyunibo di Jogja / Yogyakarta

by: Wisatayogjakartaku.blogspot.com
Candi Banyunibo di Jogja / Yogyakarta - yoshiewafa - Nama Banyunibo berasal dari bahasa Jawa yang berarti air yang jatuh / menetes. Candi ini merupakan sebuah Candi buddha yang terletak tidak jauh dari Candi Ratu Boko, tepatnya di sebelah timur Kota Yogyakarta menuju arah Kota Wonosari. Candi ini pertama kali dibangun sekitar abad ke-9 pada jaman Kerajaan Mataram Kuno. Di bagian atas dari candi ini ada sebuah stupa yang merupakan ciri khas dari agama Buddha.

Candi Banyunibo juga terletak tidak jauh dari Candi Barong dan Candi Ijo. Di sekitar candi banyak terdapat situs candi yang berserakan yang ada di beberapa dusun sekitarnya. Candi ini ditemukan dalam keadaan runtuh yang kemudian digali dan diteliti pada tahun 1940 an.

Hiasan kaki candi. Dinding kaki Candi Banyunibo di masing-masing sisi terbaigi menjadi beberapa bidang. Bidang tersebut diisi dengan pahatan seperti hiasan tumbuh-tumbuhan yang keluar dari pot bunga. Candi utama mengarah ke barat dan berada di antara ladang tebu dan persawahan.
Candi Banyunibo
Candi Banyunibo
Foto oleh : wikipedia

Diperkirakan ada 6 buah candi perwara atau candi pendamping, yang berbentuk stupa dan mengelilingi candi utama yang ada di sebelah selatan dan timur. Sayangnya candi perwara ini tidak terbuat dari batu andesit namun terbuat dari batu putih yang sangat mudah sekali aus. Di bagian utara candi, ada tembok batu sepanjang 65 m yang membujur dari barat ke timur. Runtuhan candi perwara yang berupa stupa diperkirakan memiliki diameter sekitar 5 m.

Sumber : id.wikipedia.org

Air Terjun Banyunibo

Curug Banyunibo 1
Siapa sih yang tau kalau Gunungkidul ternyata punya air terjun yang menarik seperti ini. Air terjun lain selain Air Terjun Sri Gethuk, Air Terjun Pantai Jogan. Di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Gunungkidul ada air terjun bernama Banyunibo, sama dengan nama air tejun di Bantul, tapi ini beda. Air terjun disini sangat eksotik, karena di bawahnya terdapat banyak sekali bebatuan yang besar-besar, dan airnya pun jernih, karena dari mata air Gunung Api Purba.
Untuk kesini bagaimana nih??Tidak sulit kok menemukan air terjun ini, katanya dari puncak Gunung Api Purba kita dapat melihatnya disisi tenggara. Tapi ya pas disamperin ya lumayan susah sih..hahahahaha..*Serius ini... oke, jelas kalau mau ke Gunungkidul kita lewat Jalan Jogja Wonosari ya, lewat Piyungan juga, Piyungan tu rumah ku lhoo..(*apa hubungannya). Heh, kembali serius. Dari jalan Wonosari, paling mudah kita bisa susuri aja jalan itu, nanti sebelum masuk ke Hutan Wanagama kita akan menemui pertigaan ke arah Kecamatan Nglipar, Belok aja ke kiri (timur laut) trus ga' sampai 100m ada jalan ke kiri, belok ke kiri (utara) terus aja, jalan ini menuju Gunung Api Purba, nanti kita akan menemukan Desa Wisata Kerajinan Tpeng Batik Dusun Bobung. disana ada Gapura Gueedee banget, jadi pasti kelihatan di sesebalah kanan jalan. Ikuti aja jalan itu terus naik, nanti ada tanda kecil di kiri jalan, atau tanya saja penduduk sekitar situ. Selain dari sana, bagi yang tau Gunung Api Purba, dari jalan di parkiran itu ikuti terus aja, nanti akan ketemu juga gapura desa wisata itu di kiri jalan. Nanti kita akan masuk gang di kiri jalan (ke barat) dan bisa menitipkan sepeda motor kita di rumah penduduk, dari sana kita harus jalan kaki kurang lebih 500m lah ke bawah menuju air terjun.
Air nya jernih, dan batu-batu besar mengelilingi air terjun ini. Relatif sepi apalagi disaat bukan liburan, jadi sangat asyik untuk mandi disana. Aku aja saat samapi disana sudah ga' tahan untuk berada di bawah air terjun dan merasakan pijitan air secara alami. Oh iya, untuk masuk kesini belum bayar sama sekali, paling infak untuk warga yang kita titipin motor aja. Disini belum di kelola secara profesional baik masyarakat, pemerintah ataupun swasta.
berikut dokumentasi ku saat berada di sana:
Curug Banyunibo 2
Curug Banyunibo 3

Curug Banyunibo 4
Curug Banyunibo 5

AIR TERJUN SRI GETHUK GUNUNGKIDUL

AIR TERJUN SRI GETHUK


Terletak di antara ngarai Sungai Oya yang dikelilingi areal persawahan nan hijau, Air Terjun Sri Gethuk selalu mengalir tanpa mengenal musim. Gemuruhnya menjadi pemecah keheningan di bumi Gunungkidul yang terkenal kering.
ksotisme Grand Canyon di daerah utara Arizona, Amerika Serikat tentunya tak bisa disangkal lagi. Grand Canyon merupakan bentukan alam berupa jurang dan tebing terjal yang dihiasi oleh aliran Sungai Colorado. Nama Grand Canyon kemudian diplesetkan menjadi Green Canyon untuk menyebut obyek wisata di Jawa Barat yang hampir serupa, yakni aliran sungai yang membelah tebing-tebing tinggi. Gunungkidul sebagai daerah yang sering diasumsikan sebagai wilayah kering dan tandus ternyata juga menyimpan keindahan serupa, yakni hijaunya aliran sungai yang membelah ngarai dengan air terjun indah yang tak pernah berhenti mengalir di setiap musim. Air terjun tersebut dikenal dengan nama Air Terjun Sri Gethuk.
Kabupaten Gunung Kidul, dahulu sangat terkenal dan identik dengan kekeringan, hutan gundul, tanah tandus dan berbatu. Namun saat ini kesan itu mestinya sudah hilang ditelan semilir angin dan rimbunnya pohon pohon hutan di  rakyat yang menutupi berbagai tanah yang dahulunya kosong dan tandus. Pohon pohon seperti jati dan mahoni begitu mendominasi selain kelapa, rambutan, sengon, dan lain lain.
Di beberapa kecamatan terutama yang mempunyai pantai memang masih terasa aroma kering di musim kemarau. Namun jangan salah jika kita semua mengunjungi suatu tempat di Kecamatan Playen, desa Bleberan…….disitu ada suatu tempat yang sangat elok, berlimpah air, hamparan sawah yang sangat subur dan tentu yang sedang naik daun dan sangat terkenal sekarnag adalah  tempat yang bernama Air Terjun Sri Getuk. Air di seputar tempat ini sangat melimpah karena memang beberapa mata air muncul dari  dalam tanah dan beberapa alirannya masuk melalui tebing yang yang sangat tinggi masuk ke  dalam Sungai Oya, sungai yang tidak pernah kering dan mengalir  sepanjang musim. Air terjun itu terpcah menjadi tiga bagian yang meluncur sangat deras..itulah indahnya Air Terjun Sri Gethuk di Kecamatan Playen Gunung Kidul.
Jika kita ingin berekreasi ke Air Terjun Sri Gehtuk ini dari Yogyakarta kita akan menempuh jarak sekitar 45 km. Dari yogyakarta ke arah Gunungkidul kemudian naik tanjakan yang lumayan terjal di Piyungan dan bukit Pathuk Gunung Kidul. Terus kemudian akan melalui hutan negara di  Bunder terus sampai ketemu pertigaan traficlight di Gading kemudian belok kanan ke arah Playen.  Setelah sampai Playen belok kanan arah kecamatan Palihan dan sekitar 2 km kita akan ketemu pertigaan dan belok kanan. Di pertigaan tersebut kita sudah akan melihat banyak petunjuk jalan yang akan membimbing kita secara mudah untuk dapat menjangkau air terjun Sri Gethuk. Dari pertigaan tadi kita masih  harus menuempuh perjalanan lagi sepanjang 7 km. ya tinggal 7 km dan sudah lumayan dekat, tapi….eeiit…jangan salah karena jalan tersebut agak kurang baik dan cenderung rusak, jadi jalannya juga pelan pelan..memang sih saat itu beberapa bagian jalan sudah mulai diperbaiki dan aspal juga masih terasa baru. Namun rupaya masih lumayan panjang juga yang rusak jadi kita perlu musti hati hati. Satu setengah jam perjalanan kita sampai di lokasi.

Asal muasal nama Sri Gethuk.
Menurut Pak Ngabdani Ketua Kelompok Tani yang mengelola wisata tersebut. Asal muasal nama Gethuk sebetulnya bukan makanan tradisional yang berasal dari singkong itu, tapi sebetulnya adalah Kethuk salah satu jenis perangkat gamelan jawa. Namun lidah kita lebih mudah menyebut Gethuk mengingat sebelumnya ada kata Sri, jadi hanyalah untuk memudahkan saja. Menurut beliau, pada jaman kakek-kakek buyutnya. Di seputar air terjun tersebut terdapat kerajaan lelembut yaitu semacam makhluk halus yang tentu tidak kasat mata. Pada hari dan saat saat tertentu konon di kerajaan tersebut sering spel atau latihan menabuh gamelan tersebut. Suara gamelan tersebut sangat nyaring di dengar oleh warga desa Bleberan. Nah suatu ketika ada sedikit keributan karena salah satu alat gamelannya hilang. Gamelan yang hilang itu namanya Kethuk. Maka terkenalah air terjun tersebut bernama Sri Kethuk..atau kemudian juga dan malah lebih dikenal dengan nama Sri Gethuk. Lokasi ini selanjutnya oleh pemerintah desa dikembangkan menjadi lokasi wisata dan dibuka sejak tahun 2007.
Setelah sampai dilokasi parkir, ada dua cara untuk mencapai lokasi air terjun. Pertama dengan berjalan kaki melintasi areal persawaan sekitar 1.5 km atau yang kedua menuruni anak tangga yang sudah lumayan disemen menuju dermaga di tepi Sungai Oya untuk naik secamam perahu Gethek yang sdah dimodifikasi menjadi  lebih modern. Drum drum dari plastik ditata sedemikian rupa dan beri alas papan untuk berdiri penumpang serta diberi pagar besi untuk pengaman. Perahu ini muat sekitar 7-8 penumpang dan berjalan digerakkan oleh mesin diesel kecil untuk memutar turbin. Penumpang dikenai biaya Rp.7.500,- pulang balik per orang untuk naik perahu ini. Perahupun berjalan pelan kita bisa sambil memotret  dan mencari obyek-obyek yang cocok yang sangat indah sepanjang perjalanan 5 menit ini.
Terletak di Desa Wisata Bleberan, Air Terjun Sri Gethuk menjadi salah satu spot wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk mencapai tempat ini Anda harus naik kendaraan melewati areal hutan kayu putih milik PERHUTANI dengan kondisi jalan yang bervariasi mulai dari aspal bagus hingga jalan makadam. Memasuki Dusun Menggoran, tanaman kayu putih berganti dengan ladang jati yang rapat. Sesampainya di areal pemancingan yang juga berfungsi sebagai tempat parkir, terdapat dua pilihan jalan untuk mencapai air terjun. Pilihan pertama yakni menyusuri jalan setapak dengan pemandangan sawah nan hijau berhiaskan nyiur kelapa, sedangkan pilihan kedua adalah naik melawan arus Sungai Oya. Tentu saja YogYES memilih untuk naik rakit sederhana yang terbuat dari drum bekas dan papan.
Perjalanan menuju Air Terjun Sri Gethuk pun dimulai saat mentari belum naik tinggi. Pagi itu Sungai Oya terlihat begitu hijau dan tenang, menyatu dengan keheningan tebing-tebing karst yang berdiri dengan gagah di kanan kiri sungai. Suara rakit yang melaju melawan arus sungai menyibak keheningan pagi. Sembari mengatur laju rakit, seorang pemandu menceritakan asal muasal nama Air Terjun Sri Gethuk. Berdasarkan cerita yang dipercayai masyarakat, air terjun tersebut merupakan tempat penyimpanan kethuk yang merupakan salah satu instrumen gamelan milik Jin Anggo Meduro. Oleh karena itu disebut dengan nama Air Terjun Sri Gethuk. Konon, pada saat-saat tertentu masyarakat Dukuh Menggoran masih sering mendengar suara gamelan mengalun dari arah air terjun.

Embung nglanggeran






Embung Nglanggeran, Wisata Baru yang Mempesona

by : wisatayogyakartaku.blogspot.com

sunset di embung
Senja di Embung Nglanggeran
Halo guys, gimana kabarnya? Semoga baik-baik aja yah habis ditinggal sehari ini? :D hehe
Kali ini kita akan melupakan dulu sejenak wisata-wisata alam serta destinasi-destinasi “wah” khas Malang dan seisi Jawa Timur. Kita akan bergeser sedikit ke arah Jogja, yup, ke arah Gunung Kidul tepatnya.
Embung Nglanggeran. Ya, wisata Embung Nglanggeran memang belum terlalu lama dibuka, baru awal 2013 kemarin diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X tepatnya pada bulan Februari, tanggal 19. Ya, benar saja, justru malah karena baru dibuka inilah daya tariknya begitu “wah”.
Penasaran? Mari simak penjelasan berikut. Check it out :D
Embung Nglanggeran merupakan kolam tampungan air buatan yang dibangun di lokasi Kebun Buah Nglanggeran. Ini merupakan objek wisata lain yang sudah lebih dulu terkenal di daerah Desa Wisata Nglanggeran, yaitu Gunung Api Purba.
Sudah pernah dengar tentang Gunung Api Purba pastinya dong ya, guys..? Kalau belum, next postingan kita bahas. Tenaaaangg :D
Balik lagi ke topik awal, Embung Nglanggeran.
embung
Embung Nglanggeran
Embung Nglanggeran ini sebenarnya awalnya merupakan bukit yang mempunyai nama Bukit Gunung Gandu. Akan tetapi kemudian sengaja dikeruk untuk dijadikan telaga/danau/kolam buatan untuk menadah atau menampung air hujan guna dapat mengairi kebun buah yang ada di sekitarnya.
Karena awalnya Embung Nglanggeran ini adalah bukit, otomatis lokasinya ada di puncak bukit.
Kata ‘Embung’ sendiri biasanya digunakan oleh orang Jawa untuk menyebut telaga buatan yang berfungsi sebagai sarana pengairan.
Embung Nglanggeran berlokasi di Dusun Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
lokasi embung
peta lokasi embung
Rute menuju ke Embung Nglanggeran bisa Anda tempuh sebagai berikut:
  1. Rute dari Jogja (Barat) ke Embung Nglanggeran:
Jogja – Jalan Wonosari – Bukit Hargodumilah atau Bukit Bintang – Perempatan Timur Radio GCD FM Patuk ke kiri – Desa Ngoro-oro – Pertigaan setelah UPT Puskesmas Patuk II ke kanan – Pendopo Kalisong  lurus saja ikuti jalan aspal – Pertigaan setelah SDN Nglanggeran ke kiri – ikuti papan petunjuk menuju Kebun Buah Nglanggeran di tikungan dan pertigaan – Kebun Buah Nglanggeran.
  1. Rute dari Wonosari (Timur) ke Embung Nglanggeran
Wonosari – Bundaran Siyono – Tugu Batas Kota Wonosari – Lanud TNI AU Gading – Rest Area Bunder – Pertigaan Sambi Pitu memutar ke kanan – sekitar 50 KM akan ada pertigaan, ke kiri, masuk ke Padukuhan Widoro Wetan – Balai Padukuhan Nglanggeran Wetan – Pertigaan ke kanan – Kebun Buah Nglanggeran.

Embung Nglanggeran Tampak dari Atas
Embung Nglanggeran ini berketinggian 500 Meter Dari Permukaan Laut. Ya, tidak terlalu tinggi bagi yang mempunyai hobi mendaki, trekking dan sebagainya. Apalagi ketika sampai di atas suasana yang disuguhkan akan dapat membayar lelah yang ada :)
Embung Nglanggeran ini mempunyai luas sekitar 5000 M2 dan dikelilingi oleh kebun buah. Buah-buahan yang tumbuh di sekitarnya antara lain adalah kelengkeng, durian dan rambutan. Sedangkan pada musim kemarau, biasanya air di embung ini pun digunakan oleh para petani untuk mengairi sawah-sawah mereka yang berada di kaki bukit.
embunggg
Selamat Datang di Embung Nglanggeran
Untuk sampai di atas Embung Nglanggeran, pengunjung dapat menaiki tangga yang telah tersedia. Tak butuh kocek mahal, pengunjung hanya dikenakan biaya sebesar Rp 7000,- per kepala pada pagi hari, Rp 9000,- di malam hari, wisatawan asing sebesar Rp 12.000,- dan taraaaaaa, Anda akan disuguhi pemandangan apik, cantik serta menarik dari atas Embung Nglanggeran ini.
Dari atas puncak Embung Nglanggeran ini, Anda dapat melihat pemandangan sunset yang sungguh menawan dari atas sana. Dan tak lupa, dari seberang Embung Anda juga dapat melihat Gunung Api purba yang begitu fenomal ini tentunya. Begitu mengasyikkan, bukan?
Sama seperti Gunung Andong yang telah kita bahas sebelumnya (bagi yang belum baca bisa baca di artikel sebelumnya) Embung punya karakteristik yang sama, yaitu perjalanan trekking yang tak terlalu lama, namun kita akan disuguhi pemandangan yang benar-benar dapat menyegarkan mata :)

Selamat Datang di Embung Nglanggeran
sunset di embung ngelanggeran
Cantiknya Senja di Embung Nglanggeran
???????????????????????????????
Air Tadahan Hujan di Embung Nglanggeran
embung ngelanggeran 2
Embung Nglanggeran Tampak Atas

Embung Nglanggeran di Malam Hari
Hamparan hijaunya perbukitan serta beningnya air danau akan membius mata Anda. Benar-benar buatan tangan Tuhan yang begitu mempesona :)
Bagaimana? Anda berminat berkunjung kesana? Baik, kita kesana sekarang. Sandang ransel dan bawa perbekalan Anda dan teman-teman, kita bersiap untuk menjelajah surga dunia yang telah disuguhkan oleh Tuhan :)
Terimakasih, dan salaaammm.. :D